Paragraf 7
|
Parkir
|
|
Pasal 120
|
Parkir Kendaraan di Jalan
dilakukan secara sejajar atau
membentuk sudut menurut
arah Lalu Lintas.
|
|
Pasal 121
|
|
(1) Setiap Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib
memasang
|
segitiga pengaman, lampu
isyarat peringatan bahaya,
atau isyarat lain pada
saat berhenti atau Parkir dalam
keadaan darurat di
Jalan.
|
|
(2) Ketentuan . . .
|
|
|
|
- 66 -
|
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak
|
berlaku untuk Pengemudi
Sepeda Motor tanpa kereta
samping.
|
|
|
Paragraf 8
|
Kendaraan Tidak Bermotor
|
|
Pasal 122
|
|
(1) Pengendara Kendaraan Tidak Bermotor
dilarang:
|
a. dengan sengaja membiarkan kendaraannya
ditarik
|
oleh Kendaraan Bermotor
dengan kecepatan yang
dapat membahayakan
keselamatan;
|
b. mengangkut atau menarik benda yang dapat
|
merintangi atau
membahayakan Pengguna Jalan lain;
dan/atau
|
c. menggunakan jalur jalan Kendaraan Bermotor
jika
|
telah disediakan jalur
jalan khusus bagi Kendaraan
Tidak Bermotor.
|
|
(2)
Pesepeda dilarang membawa Penumpang, kecuali jika
|
sepeda tersebut telah
dilengkapi dengan tempat
Penumpang.
|
(3) Pengendara gerobak atau kereta dorong yang
berjalan
|
beriringan harus
memberikan ruang yang cukup bagi
Kendaraan lain untuk
mendahului.
|
|
Pasal 123
|
|
Pesepeda tunarungu harus
menggunakan tanda pengenal
yang ditempatkan pada
bagian depan dan belakang
sepedanya.
|
|
Paragraf 9
|
Tata Cara Berlalu Lintas bagi
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum
|
|
Pasal 124
|
|
(1)
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum untuk angkutan
|
orang dalam trayek wajib:
a. mengangkut Penumpang yang membayar sesuai
|
dengan tarif yang telah
ditetapkan;
|
b. memindahkan . . .
|
|
|
|
- 67 -
|
b. memindahkan penumpang dalam perjalanan ke
|
Kendaraan lain yang
sejenis dalam trayek yang sama
tanpa dipungut biaya
tambahan jika Kendaraan
mogok, rusak, kecelakaan,
atau atas perintah
petugas;
|
c. menggunakan lajur Jalan yang telah
ditentukan atau
|
menggunakan lajur paling
kiri, kecuali saat akan
mendahului atau mengubah
arah;
|
d. memberhentikan kendaraan selama menaikkan
|
dan/atau menurunkan
Penumpang;
|
e. menutup pintu selama Kendaraan berjalan;
dan
f. mematuhi batas kecepatan paling tinggi
untuk
|
angkutan umum.
|
|
(2)
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum untuk angkutan
|
orang dalam trayek dengan
tarif ekonomi wajib
mengangkut anak sekolah.
|
|
Pasal 125
|
|
Pengemudi Kendaraan Bermotor angkutan barang
wajib
menggunakan jaringan
jalan sesuai dengan kelas jalan yang
ditentukan.
|
|
Pasal 126
|
|
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum angkutan
orang
dilarang:
a. memberhentikan Kendaraan selain di tempat
yang telah
|
ditentukan;
|
b. mengetem selain di tempat yang telah
ditentukan;
c. menurunkan Penumpang selain di tempat
pemberhentian
|
dan/atau di tempat tujuan
tanpa alasan yang patut dan
mendesak; dan/atau
|
d. melewati jaringan jalan selain yang
ditentukan dalam izin
|
trayek.
|
|
|
|
Bagian Kelima . . .
|
|
|
|
- 68 -
|
Bagian Kelima
|
Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan
Lalu Lintas
|
Paragraf
1
|
Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan
Lalu Lintas yang Diperbolehkan
|
Pasal 127
|
|
(1)
Penggunaan jalan untuk penyelenggaraan kegiatan di
|
luar fungsinya dapat
dilakukan pada jalan nasional, jalan
provinsi, jalan
kabupaten/kota, dan jalan desa.
|
|
(2) Penggunaan jalan nasional dan jalan
provinsi
|
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diizinkan
untuk kepentingan umum
yang bersifat nasional.
|
|
(3) Penggunaan jalan kabupaten/kota dan jalan
desa
|
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diizinkan
untuk kepentingan umum
yang bersifat nasional, daerah,
dan/atau kepentingan
pribadi.
|
|
Paragraf 2
|
Tata Cara Penggunaan Jalan Selain
untuk Kegiatan Lalu Lintas
|
|
Pasal 128
|
|
(1) Penggunaan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
|
127 ayat (1) yang
mengakibatkan penutupan Jalan dapat
diizinkan jika ada jalan
alternatif.
|
|
(2) Pengalihan arus Lalu Lintas ke jalan
alternatif
|
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dinyatakan
dengan Rambu Lalu Lintas
sementara.
|
|
(3) Izin penggunaan Jalan sebagaimana dimaksud
dalam
|
Pasal 127 ayat (2) dan
ayat (3) diberikan oleh Kepolisian
Negara Republik
Indonesia.
|
|
|
Paragraf 3
|
Tanggung jawab
|
|
Pasal 129
|
|
(1) Pengguna Jalan di luar fungsi Jalan
bertanggung jawab
|
atas semua akibat yang
ditimbulkan.
|
(2) Pejabat . . .
|
|
|
|
- 69 -
|
(2) Pejabat yang memberikan izin sebagaimana
dimaksud
|
dalam Pasal 128 ayat (3)
bertanggung jawab
menempatkan petugas pada
ruas Jalan untuk menjaga
Keamanan, Keselamatan,
Ketertiban, dan Kelancaran
Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
|
|
Pasal 130
|
|
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
Jalan selain
untuk kegiatan Lalu
Lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 127, Pasal 128, dan
Pasal 129 diatur dengan peraturan
Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
|
|
Bagian Keenam
|
Hak dan Kewajiban Pejalan
Kaki dalam Berlalu Lintas
|
|
Pasal 131
|
|
(1) Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan
fasilitas
|
pendukung yang berupa
trotoar, tempat penyeberangan,
dan fasilitas lain.
|
|
(2)
Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat
|
menyeberang Jalan di
tempat penyeberangan.
|
(3) Dalam hal belum tersedia fasilitas
sebagaimana
|
dimaksud pada ayat (1),
Pejalan Kaki berhak
menyeberang di tempat
yang dipilih dengan
memperhatikan keselamatan
dirinya.
|
|
Pasal
132
|
|
(1) Pejalan Kaki wajib:
|
a. menggunakan bagian Jalan yang
diperuntukkan bagi
|
Pejalan Kaki atau Jalan
yang paling tepi; atau
|
b. menyeberang di tempat yang telah
ditentukan.
|
|
(2)
Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang
|
ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b,
Pejalan Kaki wajib
memperhatikan Keselamatan dan
Kelancaran Lalu Lintas.
|
|
(3) Pejalan . . .
|
|
|
|
- 70 -
|
(3) Pejalan Kaki penyandang cacat harus
mengenakan tanda
|
khusus yang jelas dan
mudah dikenali Pengguna Jalan
|
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar